Thursday, 15 March 2018

INVENTARIS REKOD

Inventaris rekod adalah suatu gambaran yang sistematis dari suatu khasanah/koleksi rekod (lembaga/pribadi), yang berupa buku petunjuk/jalan masuk, suatu koleksi/khasanah rekod, yang dilengkapi dengan sejarah organisasi dan fungsi organisasi penciptanya, pertanggungjawaban pengaturannya, indeks,serta lampiran-lampiran yang diperlukan.

Inventaris rekod adalah kegiatan untuk mendata, mencatat, dan mengelompokkan rekod. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah buku atau beberapa buku yang disebut inventaris rekod atau daftar rekod.

Ditinjau dari segi teoritis keilmuan maka pelaksanaan penginventarisan itu didasarkan kepada beberapa prinsip pengaturan.
Prinsip-prinsip itu ialah sebagai berikut :

  1. Prinsip Asal Usul (Principle of Provenance/Respect des fonds/Herkomst Beginsel)
  2. Prinsip Aturan Asli (Principle of Original Order)
  3. Prinsip Kegunaan (Besteming Beginsel)
  4. Prinsip Restorasi (Restauratie Beginsel)
  5. Prinsip Fungsional (Functioneel Beginsel)
  6. Prinsip Organisasi (Organisatie Beginsel)
  7. Prinsip Masalah (Partinenr Beginsel)
Dalam menggunakan prinsip-prinsip ini, inventarisator ini tidak boleh bersikap kaku dan harus melihat keadaan rekodnya.

1. Prinsip Asal Usul
    Disebut juga Principle of Provenance, suatu prinsip yang mengaitkan rekod ke sumber asalnya dengan pengertian bahwa rekod diatur tanpa melepaskan rekod dan instansi/lembaga yang menciptakannya. Prinsip ini bermula tumbuh di Prancis dan kemudian berkembang ke berbagai negara.

2. Prinsip Aturan Asli
    Bahwa rekod harus diatur sesuai dengan aturan yang dipergunakan semasa dinamisnya. Prinsip ini disebut juga dengan "principle of original order", lebih banyak digunakan di Australia dan Amerika Serikat.

3. Prinsip Kegunaan
    Prinsip kegunaan yaitu lembar/berkas rekod yang tercecer di tempat atau dalam kelompok yang bukan pada tempatnya sesuai dengan kelompok jenisnya, dalam bahasa Belanda disebut dengan "bestemming beginsel"

4. Prinsip Restorasi
    Pengaturan rekod yang didasarkan pada aturan rekod pada waktu dinamisnya, namun dengan mengadakan beberapa perbaikan sesuai dengan kebutuhnya, disebut juga dengan "restauratie beginsel"

5. Prinsip Fungsional
"Functioneel beginsel", artinya prinsip dalam pengaturan rekodnya didasarkan kepada tugas-tugas dari organisasi pencipta rekodnya.

6. Prinsip Organisasi
    "Organisatie beginsel", artinyadalam pengaturan rekod yang didasarkan kepada struktur organisasi atau administrasi pencipta rekodnya.

7. Prinsip Masalah
    "partinent beginsel", artinya bahwa dalam pengaturan rekod didasarkan kepada masalah-masalah yang terkandung dalam rekodnya itu sendiri.

Saturday, 10 March 2018

PROSES KOMUNIKASI

Komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Komunikasi adalah suatu proses yang bersifat simbolis, transaksional, serta intentional (disengaja) dalam arti mempunyai tujuan.

Secara linier, proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat (4) elemen atau komponen sebagai berikut :

  1. Sumber/pengiriman pesan/komunikator, yakni seseorang sekelompok orang atau suatu organisasi/institusi yang mengambil inisiatif menyampaikan pesan.
  2. Pesan, berupa lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau secara lisan, gambar, angka, gestura.
  3. Saluran, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian pengiriman pesan (misalnya telepon, radio, surat, surat kabar, majalah, TV, gelombang udara dalam konteks komunikasi antarpribadi secara tatap muka).
  4. Penerima/komunikan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau organisasi/institusi yang dijadikan sasaran penerima pesan.
Disamping keempat elemen tersebut diatas, ada tiga elemen atau faktor lainnya yang juga penting dalam proses komunikasi, yakni :
  1. Akibat/ dampak/hasil yang terjadi pada pihak penerima/komunikan.
  2. Umpan balik/feedback, yakni tanggapan balik dari pihak penerima komunikan atas pesan.
  3. Noise/gangguan, yakni faktor-faktor fisik ataupun psikologis yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi.
Menurut Wilbur Schramm (1973), suatu proses atau kegiatan komunikasi akan berjalan baik apabila terdapat overlaping of interest (pertautan minat dan kepentingan) diantara sumber dan penerima pesan.
Untuk terjadinya overlaping of interest dituntut adanya persamaan (dalam tingkat yang relatif) dalam hal "kerangka referensi" dari kedua pelaku komunikasi. Yang dimaksud dengan kerangka referensi disini, antara lain menunjukkan pada tingkat pendidikan, pengetahuan, latar belakang budaya, kepentingan, orientasi. Semakin besar tingkat persamaan dalam hal kerangka referensi, semakin besar pula overlaping of interest, dan ini berarti akan semakin mudah proses komunikasi berlangsung.

Dalam praktek, komunikasi yang terjadi antara sumber dan penerima sering tidak dapat berjalan dengan baik karena ada gangguan  (noise). Gangguan yang dimaksud disini umumnya menunjukkan pada faktor-faktor fisik atau psikologis yang dapat mempengaruhi penyampaian pesan.

Suara gaduh atau bising, gema suara yang timbul karena konstruksi ruangan, suhu udara yang panas sehingga mempengaruhu tingkat konsentrasi, adalah contoh-contoh fisik yang adapat mengganggu proses komunikasi. Sementara faktor-faktor psikologis yang dapat mengganggu proses komuniksi misalnya rasa takut,  grogi atau emosi.

Berdasarkan tingkat partisipasi para pelaku yang terlibat, proses komunikasi dapat dibagi dalam dua (2) jenis atau bentuk komunikasi satu arah (one way communication dan komunikasi dua arah).
Komunikasi satu atah adalah suatu bentuk proses komunikasi dimana yang tidak aktif hanyalah pihak sumber.

Menurut Denis Mc Quail (1987) , secara umuk kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat dapat berlangsung dalam enam (6) ingkatan sbb :
  1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal  communication)  yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi melaui pancaindera dan sistem syaraf.
  2. Komunikasi Antarpribadi : kegatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain.
  3. Komunikasi dalam kelompok yakni kegiatab komunikasi yang belangsung diantara anggota suatu kelompok.
  4. Komunikasi antar kelompok/asosiasi 
  5. Komunnikasi organisasi
  6. Komunikasi dalam masyrakat secara luas.

Thursday, 8 March 2018

MODEL LITERASI INFORMASI

Literasi informasi merupakan sebuah keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas menggunakan informasi dan menghasilkan informasi. Keterampilan yang dimaksud adalah mengidentifikasi kebutuhan informasi, mencari informasi, mengevaluasi temuan informasi, melakukan pengolahan/sintesis terhadap informasi, menyusun informasi baru, dan menyajikan informasi.
Keterampilan tersebut kemudian disusun dalam suatu rangkaian aktivitas. Setiap rangkaian aktivitas itu disebut model. Ada sejumlah besar model literasi informasi, penelitian, atau informasi problem solving yang tersediauntuk digunakan. Berikut ini adalah pilihan dari beberapa model literasi informasi yang diciptakan dalam berbagai kepentingan.

1. The Big 6

The Big 6 dikembangkan oleh Mike Eisenberg dan Bob  Berkowitz (Eisenberg & Berkowitz, 2000). The Big 6 adalah pendekatan yang paling banyak dikenal dan digunakan untuk mengajar informasi dan keterampilan teknologi di dunia.
Big 6 adalah model proses bagaimana orang-orang dari segala usia memecahkan masalah informasi.
Dari praktik dan studi, ditemukan bahwa pemecahan masalah informasi yang sukses meliputi enam tahap dengan dua sub tahap sebagai berikut :
a. Definisi Tugas
   1)  Definisikan masalah informasi yang dihadapi
   2)  Identifikasi informasi yang diperlukan
b. Strategi mencari informasi
   1) Menentukan semua sumber yang mungkin
   2) Memilih sumber terbaik
c. Lokasi dan akses
   1) Tentukan lokasi sumber secara intelektual ataupun fisik
   2) Menemukan informasi dalam sumber
d. Menggunakan informasi
   1) Menghadapi, misalnya membaca, mendengar, menyentuh, dan mengamati
   2) Ekstrak informasi yang relevan
e. Sintesis
   1) Mengorganisasikan banyak sumber
   2) Sajikan informasi
f. Evaluasi
   1) Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas
   2) Nilai proses, apakah efisien

2. Research Cycle
Mahasiswa pasca sarjana bisnis (graduate business students) memerlukan 10 keterampilan untuk melakukan penelitian pada abad informasi ini (Donaldson, 2004). Adapun ke-10 keterampilan itu :

  1. Fokus pada topik (persempit topik/perluas ruang lingkup);
  2. Bekerja dalam urutan kronologis terbalik, pertama kali menelusur informasi terbaru;
  3. Memehami signifikansi terminologi dan tentukan tajuk subjek yang benar;
  4. Menganekaragamkan sumber (gunakan buku, majalah, situs internet, dll);
  5. Gunakan strategi Boole (AND,OR,NOT) pada penelusuran komputer;
  6. Gandakan sumber sampai tiga kali (identifikasi sebanyak tiga kali rujukan dari yang diperlukan);
  7. Evaluasi secara kritis materi yang ditemukan kembali;
  8. Harus memiliki kecurigaan pada sumber yang berasal dari web;
  9. Asimilasikan informasi, jagan plagiat, masukan gagasan sendiri ke dalam topik penelitian;
  10. Sitir semua sumber.
3. Bruce's Seven Faces of Imformation Literacy
Bruce (1997) menggunakan pendekatan informasi terhadap literasi informasi. Ada tiga strategi yang diusulkan sebagai berikut :
  1. Ancangan perilaku (Behaviourist approach) menyatakan untuk dapat digambarkan sebagai melek informasi, seseorang harus menunjukkan karakteristik tertentu serta mendemonstrasikan keterampilan tertentu yang dapat diukur. Pendekatan semacam itu dianut oleh ACRL dalam standarnya.
  2. Ancangan konstruktiv (constructivist approach) : tekanan pada pembelajar dalam mengonstruksi gambar domainnya, misalnya melalui pembelajaran berbasis persoalan.
  3. Ancangan relasional, dimulai dengan menggambarkan fenomena dalam bahasa dari yang telah dialami seseorang.
Adapun tujuh wajah literasi informasi sebagai berikut :
  1. Konsepsi teknologi informasi : literasi informasi dilihat sebagai penggunaan teknologi informasi untuk keperluan temu balik informasi serta komunikasi.
  2. Konsepsi sumber ke informasi : literasi informasi dilihat sebagai menemukan informasi yang berada di sumber informasi.
  3. Konsepsi proses informasi : literasi informasi dilihat sebagai melaksanakan sebuah proses.
  4. Konsepsi pengendalian informasi : literasi informasi dilihat sebagai pengendalian informasi.
  5. Konsepsi konstruksi pengetahuan : literasi informasi dilihat sebagai pembuatan basis pengetahuan pribadi pada bidang yang baru.
  6. Konsepsi perluasan pengetahuan : literasi informasi dilihat sebagai berkarya dengan pengetahuan dan perspektif pribadi yang dipakai sedemikian rupa sehingga mencapai wawasan baru.
  7. Konsepsi kearifan : literasi informasi dilihat sebagai penggunaan informasi secara bijak bagi kemudaratan orang lain.

Wednesday, 7 March 2018

PERENCANAAN MANAJEMEN

Dalam suatu organisasi, perencanaan merupakan suatu proses dalam menentukan sasaran dan bagaimana cara untuk mencapai sasaran tersebut.
George R. Terry memberikan definisi perencanaan adalah tindakan pemilihan fakta dan usaha menghubungkannya, berdasarkan asumsi-asumsi yang dibuat untuk masa yang akan datang, dalam hal menggambarkan serta memformulasikan aktivitas-aktivitas yang diusulkan, yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Robbins dan Coulter (2002) mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses yang menyangkut penetapan tujuan organisasi, menetapkan keseluruhan strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan suatu rencana yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan pekerjaan dalam organisasi.
Dalam perencanaan terdapat sesuatu yang harus diputuskan untuk dicapai di masa yang akan datang.

Untuk memperjelas pengertian perencanaan manajemen ini, perlu dikemukakan beberapa pendapat mengenai definisi perencanaan, baik sebagai proses, fungsi manajemen, maupun sebagai suatu keputusan.

  1. Perencanaan sebagai suatu Proses. Definisi perencanaan sebagai suatu proses, seperti yang dikemukakan Garth N. Jone adalah : Perencanaan adalah proses pemilihan dan pengembangan dari tindakan yang terbaik untuk mencapai tujuan.
  2. Perencanaan sebagai Fungsi. Definisi perencanaan sebagai fungsi manajemen dikemukakan oleh Mc. Farland : Perencanaan adalah fungsi dimana eksekutif dengan jalan tertentu mengantisifasi kemungkinan efek yang muncul dari adanya kegiatan yang dapat mengubah kegiatan dan tujuan organisasi.
  3. Perencanaan sebagai Keputusan. Definisi perencanaan sebagai suatu keputusan dikemukakan oleh W.H. Newman sebagai berikut : Perencanaan adalah memutuskan dahulu apa yang akan dikerjakan, yaitu suatu rencana yang diproyeksikan dalam suatu tindakan.
Perencanaan mempunyai lima karakteristik :
  1. Perencanaan meliputi identifikasi personal dan organisasional
  2. Perencanaan erat kaitannya dengan kondisi yang relatif pasti dan tidak pasti
  3. Perencanaan bersifat intelektual
  4. Perencanaan menyangkut hal-hal masa depan
  5. Perencanaan bersifat menembus (pervassive) dan berkesinambungan
Fungsi perencanaan adalah fungsi yang terpenting dalam manajemen, tanpa adanya perencanaan, fungsi-fungsi manajemen lainnya pun sukar untuk dijalankan. Rencana adalah dokumen yang berisikan garis besar bagaimana tujuan (hasil akhir) akan dicapai, termasuk bagaimana mengalokasikan sumber daya, menjadwalkan dan melaksanakan kegiatan yang perlu untuk mencapai tujuan.

Perencanaan memiliki kegunaan sebagai berikut :
  1. Perencanaan memberikan arah yang akan dicapai (sense of direction)
  2. Perencanaan dapat mengurangi akibat dari adanya perubahan
  3. Perencanaan dapat meminimalkan terjadinya pemborosan
  4. Perencanaan membuat usaha yang dilakukan menjadi fokus
  5. Perencanaan dapat memandu rencana dan keputusan
  6. Perencanaan dapat menunjukkan kemajuan yang sudah dicapai
Keuntungan dan kerugian adanya perencanaan.
Keuntungan :
1. Perencanaan memberikan arah, yaitu perencanaan menyebabkan aktifitas dilakukan secara teratur dan sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan.
2. Perencanaan memfokuskan pada usaha yang akan dilakukan sehingga perencanaan dapat menghilangkan atau memperkecil pekerjaan yang tidak produktif
3. Perencanaan membantu mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai, perencanaan dapat menjadi suatu alat ukur hasil-hasil yang sudah dan akan dicapai
4. Perencanaan merupakan landasan pokok untuk melaksankan fungsi-fungsi lainnya, terutama fungsi pengawasan.

Mitos kelemahan adanya perncanaan :
1. Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam memperoleh informasi dan ketepatan fakta-fakta mengenai kondisi yang akan datang.
2. Perencanaan memerlukan biaya dan waktu yang cukup banyak.
3. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
4. Perencanaan menyumbat atau menghambat timbulnya inisiatif
5. Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan-tindakan yang perlu diambil
6. Perencanaan dapat melenyapkan perubahan
7. Perencanaan dapat mengurangi fleksibilitas.

Tuesday, 6 March 2018

TEORI ADMINISTRASI UMUM

Beberapa tokoh manajemen yang memfokuskan subjek manajemen pada seluruh organisasi memunculkan terori yang disebut teori administrasi umum, yang mengembangkan lebih luas peran menejer dan melihat hasil manjeman yang baik dan praktis. Ada 2 tokoh yang berperan dalam mengembangkan teori ini, yaitu berikut :

A. HENRY FAYOL
Fayol adalah seorang direktur perusahaan penambangan batu bara dan besi dari tahun 1888-1918. Ia telah berhasil membawa perusahaan dari keadaan yang hampir bangkrut menuju sukses besar. Sebagai seorang insinyur pertambangan , ia membiasakan bekerja dengan menggunakan prinsif-prinsif dan teknik-teknik yang didukung oleh kebenaran ilmiah. Ia disebut universalis hanya karena ia berpikir bahwa prinsip-prinsip yang ditulisnya akan berguna bagi semua tipe manajer.
Fayol menyebutkan fungsi-fungsi administrasi sebagai berikut :

  1. Merencanakan (to plan)
  2. Mengatur orang dan barang (to organize)
  3. Menjelaskan pada bawahan apa yang harus dilakukan (to command)
  4. Mengkoordinasi (to coordinate)
  5. Mengawasi (to control)
Empat Belas Prinsip Penting Fayol
Fayol me yodorkan sejumlah prinsip yang perlu diketahui oleh seorang administrator. Diantara  prinsip-prinsip yang terkenal, antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Kewenangan (authority)
  2. Kesatuan komando (nity of command)
  3. Kesatuan arah (unity of Direction)
  4. Rantai perintah (schalar chain)
  5. Spesialisasi (Devision of work)
  6. Disiplin
  7. Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi
  8. Pembayaran yang sama untuk pekerjaaan yang sama (Renumeration)
  9. Sentralisasi/Desentralisasi
  10. Order
  11. Equity
  12. Stability of tenure of personnel
  13. Inisiatif
  14. Esprit de corps
B. MAX WEBER
Weber adalah seorang sosiolog asal jerman yang mempelajari aktivitas organisasi. Dalam bukunya Weber mengembangkan teori hubungan struktur kekuasaan.
Dia menjelaskan tentang tipe-tipe organisasi yang ideal yang disebutnya bureaucracy suatu bentuk organisasi yang memiliki ciri adanya :
  1. division of labor, pekerjaan dipecah menjadi lebih sederhana, dikerjakan secara rutin dan berdefinisi dengan jelas.
  2. hierarki yang jelas, posisi/jabatan tertata dalam hierarki dengan ranntai perintah ang jelas.
  3. seleksi formal, orang-orang yang melaksanakan pekerjaan dipilih berdasarkan kepada kualifikasi teknis.
  4. aturan dan regulasi formal, artinya adanya sistem yang tertulis dan prosedur operasi yang standar.
  5. Hubungan impersonal, artinya penerapan aturan dan pengawasan seragam tidak berdasarkan penilaian pribadi.
  6. Orientasi pada karier, manajer adalah suatu karier profesional bukan pemilikdari unit yang dipimpin.
Bentuk birokrasi ideal ini disadari oleh Weber tidak akan ada dalam kenyataan, namun teorinya dapat digunakan pada organisasi yang besar.